Sejarah Candi Borobudur

Sejarah Candi Borobudur

Sejarah Candi Borobudur  yang megah dan kokoh (tulisan: Borobudur Nan Megah) sudah banyak dituliskan oleh beberapa peneliti dan arkeolog (Sutanto, 2005). Tetapi banyak peneliti yang sampai dengan sekarang masih belum dapat memastikan kapan didirikannya Candi Borobudur. Tetapi perkiraan berdirinya candi tersebut didasarkan pada tulisan singkat yang dipahatkan diatas pigura relief-relief yang terdapat di kaki candi, yaitu kurang lebih pada akhir abad ke 8 sampai awal abad ke 9, atau sekitar tahun 800 Masehi.

Sejarah Candi Borobudur tersebut berada dalam kerangka abad keemasan wangsa Syailendra, yakni antara abad 8 sampai dengan abad 9. Kejayaan ini ditandai dengan dibangunnya sejumlah besar bangunan candi-candi yang tersebar di Pulau Jawa dan Sumatra. Beberapa prasasti menunjukkan bahwa candi Borobudur merupakan ekspresi wangsa Syailendra untuk menjunjung tinggi dan mengagungkan agama Budha Mahayana.

Sejarah Candi Borobudur menunjukkan bahwa candi Borobudur dibangun pada saat masa kepemimpinan Raja dari wangsa Syailendra yang sangat terkenal, yaitu Samaratungga, sekitar tahun 800-an Masehi. Pada masa itu, pembangunan candi ini diyakini dengan menghiasi/menambahkan bebatuan pada wilayah perbukitan alami, sehingga Borobudur diyakini merupakan tumpukan batu yang diletakkan di atas bukit yang menjulang tinggi. Batu yang disusun menjadi candi tersebut merupakan batu andesit sebanyak 55.000 m3, dengan bangunan berbentuk limas yang berjenjang yang dilengkapi tangga naik di keempat sisinya.

Pada masa pemerintahan Raja Samaratungga candi Borobudur digunakan sebagai pusat kegiatan religius dan pemujaan serta ziarah pada masa Raja Samaratungga. Selain itu, candi ini juga dikenal sebagai centre of knowledge dan pusat kebudayaan agama Budha Mahayana, serta pusat kehidupan dan perekonomian masyarakat pada era wangsa Syailendra.

Kejayaan Borobudur diyakini bertahan selama 150 tahun dan berangsur pudar dan cenderung mengalami kehancuran seiring dengan runtuhnya kejayaan wangsa Syailendra, yang digantikan oleh tumbuh dan berkembangnya era Kerajaan Mataram di tahun 930 (atau kira-kira abad ke 10). Perubahan ini membawa dampak pada bergesernya pusat kebudayaan dan kehidupan masyarakat kearah timur, yaitu di Yogyakarta. Dampak lain pergantian kekuasaan ini adalah hancur dan rusaknya candi Borobudur, hingga pada akhirnya terlupakan dan hilang di telan masa.

Orang yang berjasa merestorasi dan mengangkat bangunan candi Borobudur dari kegelapan dan kepunahan adalah Sir Thomas Stanford Rafles pada tahun 1814. Rafles adalah seorang Letnan Gubernur Jenderal Inggris yang berkuasa menjajah Indonesia pada tahun 1811-1816.

Bacalah artikel ini : 8 Hal yang Dapat dilakukan di sekitar Candi Borobudur

About the Author

By solorent / Administrator, bbp_keymaster

Follow solorent
on Apr 20, 2015